warisan Budaya Indonesia

warisan Budaya Indonesia
WAYANG KULIT BUDAYA INDONESIA YANG SELALU ADA DI HATI DAN TIDAK BOLEH MATI

selamat tinggal semester 4 selamt datang semester 5

PERTENGAHAN APRIL 2010
KOMBA DALAM MATA KULIH SOSIOLINGUSTIK
KE KAWASAN TENGGER
DIPANDU OLEH BU WAHYU W LANGSUNG


JULI 2010 KITA JALAN JALAN KE BALI LO ADA MATA KULIAH ILMU BADAYA DASAR

DIBIMBING OLEH BPK HERUSALEH, M.Pd DAN Ir JOKO SRI M, M. KES

Senin, 16 November 2009

FONOLOGI

MATERI : • Ilmu bunyi • Fonetik • Klasifikasi bunyi • Fonemik • Alat-alat bicara • Proses penghasilan bunyi • Fonem segmental & supra segmental • Gejala bahasa BUKU LITERATUR : - Marsono Fonetik - Samsuri Analisis Bahasa - Aminudin Pengantar Fonologi - J.W.M. Verhan Pengantar Linguistik Umum - Hasan Alwi Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia - Sudjito Fonologi - Masur M Fonologi Bahasa Indonesia TUGAS : - UTS merangkum 1 buku - Terjemahan - UAS Makalah ILMU BUNYI Fonologi berasal dari kata : Fon : bunyi Logos : ilmu Jadi Fonologi : ilmu yang mempelajari bunyi bahasa Bunyi bahasa : bunyi – bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia untuk melakukan komunikasi. Manfaat ilmu bunyi : • Untuk menertibkan ucapan bahasa sehingga kesimpangsiuran bahasa dapat dibatasi. • Disiplin ucapan, sehingga standarisasi ucapan bahasa dapat ditetapkan. Fonetik : ilmu yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan pengaruh artinya.  Obyek yang dikaji adalah Fon / fona Cirinya : “bentuknya beda karena factor dialek, tapi artinya Sama” Contoh fonetik : Telur sama artinya Telor yang membedakan adalah factor dialek Pastur pastor Fonemik : ilmu yang mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan pengaruh arti.  Obyek yang dikaji adalah fonem Cirinya : “ bentuknya beda artinya pun juga beda” - Untuk menentukan / mengetahui onemik / bukan adalah dengan memperhatikan satuan terkecil. Contoh fonemik : Klenteng Transkripsi fonetik FONEM Ialah : satuan bunyi terkecil yang dapat membedakan makna. Menurut Jeonard Bloom Field fonem itu bersifat Distinctive differences. sedang Fon bersifat non distinctive differences. Distinctive differences artinya : perbedaan ucapan yang membedakan arti. Non Distinctive differences : perbedaan bunyi yang tidak membedakan arti. Jadi distinctive differences = fonemik Sedang non distinctive different = fonetik Contoh : Distinctive differences / fonemik Non Distinctive differences / fonetik Ibu – mama Bali – tali Makam - makan Saptu – sabtu Pastur – pastor Malam – malem Dsb…………………. Transkripsi fonetik ditandai dengan kurung siku / [ ] Jenis – jenis ejaan : A. Ejaan Fonetik Melambangkan setiap bunyi bahasa yang terjadi. B. Ejaan Ortografis Melambangkan bentuk – bentuk huruf yang dipergunakan dalam kehidupan sehari – hari. C. Ejaan Fonemik Melambangkan bunyi – bnunyi yang fungsional : yakni bunyi – bunyi yang membedakan makna. Menggunakan tanda garis miring ( / ) D. Ejaan Etimologi Mempertahankan penulisan suatu kata dalam bentuk aslinya . walaupun dalam pengucapannya berubah. Jenis – jenis Fonetik : a) Fonetik Auditoris ( pendengaran ) b) Fonetik Akustik ( otak ) c) Fonetik Artikulatoris ( alat ucap / diucapkan ) Fonetik Auditoris ialah : ilmu yang mempelajari bunyi – bunyi bahasa berdasarkan penggolongan pendengaran. Fonetik Akustis ialah : kajian fonetik yang bertumpu pada struktur fisik bunyi – bunyi bahasa. Fonetik Artikulatoris ialah : ilmu yang mempelajari bunyi – bunyi bahasa yang berhubungan dengan mekanisme. Proses terjadinya bunyi Ada 3 media / alat yang berperan dalam proses terjadinya bunyi : 1) Arus udara 2) Alat – alat ucap yang bergerak ( articulator aktif ) seperti : -ujung lidah, tengah lidah, daun lidah, pangkal lidah, akar lidah. - bibir bawah - gigi bawah 3) titik artikulasi / tempat tujuan /tumpuan. ( articulator pasif. Bunyi itu bisa dihasilkan dengan menghembuskan udara keluar dari paru – paru melalui rongga mulut / rongga hidung . Alat – alat ucap : 1. Paru – paru ( lungs ) 2. Tenggorokan ( tracea ) 3. Pangkal tenggorokan ( larynse ) 4. Pita suara ( vocal kord ) 5. Krikoid 6. Jakun ( tiroid / tekuen ) 7. Aritenoid 8. Wall of pharph 9. Epiglottis 10. Akar lidah ( root of the tangue ) 11. Punggung lidah ( dorsum ) 12. Tengah lidah ( medium ) 13. Daun lidah ( lamina ) 14. Ujung lidah ( apex ) 15. Anak tekak ( uvula ) 16. Langit – langit lunak ( velum ) 17. Langit – lsngit keras ( palatum ) 18. Gusi ( alveolum ) 19. Gigi ( denta ) 20. Bibir ( labia ) 21. Mulut ( mouth ) 22. Rongga mulut ( oral ) Keterangan : rongga pada ujung pernapasan : terdri dari 4 komponen yaitu : krikoid, aliteroid , pita suara dan tyroid. Fungsi pita suara :sebagai kelep / yang mengatur keluar masuknya suara antara paru-paru dan hidung. . jakun : tidak berpengaruh pada bunyi. Proses membuka dan menutupnya pita suara terbentuk suatu ruang diantara pita suara. Yang disebut ( glottis ) rongga kerongkongan : terletak diantara pangkal tenggorok dengan rongga mulut dan rongga hidung. Fungsinya untuk lewat makanan dan minuman . dalam bunyi berperan sebagai tabung udara bila pita suara bergetar. langit – langit lunak/ velum : ujungnya disebut anak tekak. Dapat turun naik. Dan dalam pembentukan bunyi : bunyi non nasal langit – langit lunak beserta anak tekak terangkat ke atas menutup rongga hidung. langit – langit keras : berfungsi sebagai articulator pasif gusi : sebagai tempat akar gigi tengah , depan, akar belakang. gigi : dalam bunyi bahasa bersifat membantu . yang berfungsi penuh sebagai articulator pasif adalah gigi atas. Seperti ( v ) bibir atas : dalam pembentukan bunyi sebagai articulator pasif . bibir bawah: dalam pembentukan bunyi sebagai articulator aktif. Lidah : fungsi pokok sebagai alat perasa . dalam bunyi bahasa berfungsi sebagai articulator aktif . - pangkal lidah kalu bekerja dengan langit – langit lunak, maka bunyinya menjadi ( Dorsofelar ). - Tengah lidah kalau bekerja dengan langit – langit keras ( medium ) ( palatal ) - Ujung lidah dengan langit – langit keras ( TH ) - Apikodental ujung lidah dengan (T) - Laminoalveolar ( daun lidah / pinggir lidah dengan gusi ) ( S ) Koartikulasi / artikulasi sertaan Ialah : bunyi – bunyi yang ikut pada waktu proses terjadinya bunyi. 1) Nasalisasi / penasalan / penyengauan Ialah : bunyi- bunyi yang ikut dengan bunyi – bunyi yang lain. Penyengauan itu terjadi secara individual seperti : dialek / gejala tetap sebuah bahasa. 2) Glotalisasi / penghamzahan Ialah : bunyi – bunyi yang ada paling / dibelakang . ditandai dengan tanda Tanya. ( ? ). Contoh : [ blo??n] = bloon 3) Bunyi pelancar / Glide Bunyi yang tersimpan / ada diantara dua huruf vocal yang sejajar . Contoh : buah = [ bu w ah ] Tiup = [ ti y Up ] Uang = [? u w ang ] 4) Bunyi hamzah Terjadi apabila : - menyertai sebuah vocal yang menduduki posisi awal sebuah makro segmen . contoh : otak [ ?otak ] uang [ ? u w ang ] ekor [ ?ekor ] - dianatara 2 vokal jika tidak terjadi bunyi pelancar maka akan muncul bunyi Glotal contoh : keadaan [ ke?ada??n ]. - Pada posisi akhir sebuah makrosegmen • Anaptiksis = suara bakti Seperti antara B dengan P, maka suara baktinya adalah P. International Phoenic Asosiation a - [ a ] b - [ b ] c - [ ] d - [ d ] e - [ ] - [ E ] - [ e ] F - [ f ] G - [ g ] H - [ h ] I - [ i ] [ I ] J - [ ] K - [ k ] [ ? ] L - [ l ] M - [ m ] N - [ n ] O - [ o ] [ ] P – [ p ] Q - [ q ] R - [ r ] S - [ s ] T - [ t ] U - [ U ] [ u ] V - [ v ] W - [ w ] X - [ ks ] Y - [ y ] Z - [ z ] Ny - [ ] Ng - [ ] KLUSTER Ialah : perangkapan konsonan / penggabungan / gugus. - dalam bahasa Indonesia berupa kombinasi konsonan dengan anggota konsonan likuida ( L & R ) Seperti : B-R, D-R, G-R, K-R, S-R,T-R B-L, G-L, K-L, P-L, S-L, S-W Contoh : B-R : brawijaya, bromo dll……. D-R : drakula, drastic , dll…… G-R : gramedia, gratis, grosir dll….. K-R : krakatau, kristal dll…….. S-R : srigala , sragen dll……. T-R : tragedy, trawas dll…. B-L : blangko, iblis dll……… G-L : gladiator, glide dll…….. K-L : klaster, iklim dll… P-L : plastic, plagiat, dll…….. S-L : slamet, islam, dll………. S-W : swadaya, swasembada, dll…. SONORITAS ( tingkat kenyaringan bunyi ) Ialah :satu gejala rekaman yang dapat ditangkap secara Audial ( pendengaran ) dan sebagian kecil bersifat intuitif. Tata urutan tingkat kenyaringan bunyi: 1. bunyi Vokal ( A, I, U,E , O ) 2. bunyi likuida ( L & R ) 3. bunyi nasal 4. bunyi glottal 5. bunyi 6. bunyi 7. bunyi spiral tan bersuara 8. bunyi skua ( tidak bersonoritas ) contoh : kata DAPUR tingkat kenyaringannya 1) A 2) U 3) R 4) D 5) P PERSUKUAN Ialah : gabungan fonem dengan fonem baik berupa konsonan dan Vokal yang ditulis secara terpisah – pisah berdasarkan cirri-ciri suprasegmental / cirri prosendi khususnya cirri sendi / juncture. Jenis silabisasi : a) Silabisasi fonetik ( ma-ka-nan ) b) Silabisasi fonemik ( ma-kan-an ) c) Silabisasi morfologik ( makan – an ) Interlut Ialah : sebuah bunyi dalam arus ujaran yang sering tampak , sekaligus menjadi onset ( bunyi awal sebuah bentuk ) dan koda ( bunyi akhir / penutup pada sebuah bentuk ) sebuah makro segmen yang tertentu. Contoh : Onset - I - lu - stra – si - I – lus – tra – si Klasifikasi bunyi : 1. vocal , konsonan , semi vocal 2. bunyi nasal & oral 3. bunyi keras / fortis & bunyi lunak / lenis 4. bunyi panjang & bunyi pendek 5. bunyi rangkap & bunyi tunggal 6. bunyi nyaring & tidak nyaring 7. bunyi udara & tidak dengan udara 1) Vokal Ialah : bunyi – bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia tanpa hambatan di pita suara ( vocal cord ) Vocal + alofonnya ada 10 yaitu : - A = 1 - I = 2 - U = 2 - E = 3 - O = 2 2) Konsonan Ialah : bunyi – bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dengan hambatan . Yaitu : B,C,D,,F,G,H,J,K,L,M,N,P,Q,R,S,T,V,W,X,Y,Z 3) Semi Vokal Ialah : bunyi – bunyi yang sebenarnya secara praktis termasuk konsonan , tetapi waktu diartikulasikan dalam membentuk konsonan murni . Contoh bunyi B & W B = bilabial W= labiodental Y= medio palatal 4) Bunyi nasal Ialah bunyi yang keluar dari rongga hidung dengan cara menurunkan langit – langit lunak beserta ujung anak tekak yaitu : M, N, NG, NY M = konsonan nasal bilabial 5) Bunyi oral Ialah : bunyi yang keluar dari rongga mulut Jenisnya : - vocal nasal ( hanya terdapat bada bahasa pranis ) - vocal oral 6) Bunyi keras Ialah : bunyi yang pada artikulasi disertai dengan kekuatan artikulasi . Contoh : konsonan letup tak bersuara [K,C,T,P] 7) Bunyi lunak Ialah : bunyi yang pada waktu diartikulasikan tidak disertai kekuatan arus udara . Contoh : [ K , C , T , P ] / tanda aspiral. 8) Bunyi panjang Ialah : Ditandai dengan [ a: ] / [ a ] / [ aa ] 9) Bunyi pendek Ialah : bunyi yang diartikulasikan suara normal / standar. 10) Bunyi rangkap ( diftong ) Ialah : bunyi yang terdiri dari dua bunyi dan terdapat dalam satu suku kata .yaitu : [a-i],[a-u],[a-i] Contoh : ni – lai Pan – dai 11) Bunyi tunggal Ialah : Bunyi yang terdapat dalam tiap suku kata. 12) Bunyi nyaring Ialah : bunyi yang pada waktu diartikulasikan terdapat derajat kenyaringan yang tinggi . ( luas ruang resonansinya) 13) Bunyi tidak nyaring Ialah : bunyi yang Konsonan letup tak bersuara : [ Tha, P,t, Ck ] Gesekan bersuara : [ V, Z ] Konsonan nasal : [ M, N, ny, ng ] Dalam sebuah kata bunyi yang merupakan puncak kenyaringan adalah bunyi yang tingkat kenyaringannya tinggi / yang disebut silabis . Bunyi dari huruf yang mempunyai tingkat kenyaringan yang tinggi adalah bunyi silabis . dan setiap bunyi silabis itu dapat membentuk suku kata. Bunyi dengan arus udara : Egresif : bunyi yang pada waktu pembentukannya dilaksanakan dengan arus udara keluar dari paru-paru. Inggresif : bunyi yang terbentuk dengan arus udara masuk dari paru – paru. Egresif Velar Glotalik Inggresif pulmonik Glotalik Criteria pembentukan Vokal – vocal kardina berdasarkan IPA Berdasarkan kriterianya vocal dihasilkan : 1. berdasarkan tinggi rendahnya lidah 2. berdasarkan bagian lidah bergerak 3. striktur : ( berdasarkan hubungan articulator aktif dan pasif ) 4. bentuk bibir. Klasifikasi konsonan : Dibedakan atas : • cara dihambat ( cara artikulasi ) • tempat hambatan ( tempat artikulasi ) • hubungan posisional antara penghambat – penghambatnya / hubungan antara articulator aktif dan articulator pasif ( striktur ) • bergetar tidaknya pita suara klasifikasi konsonan : 1) Konsonan hambat letup ( stops, plosives ) 2) Konsonan nasal ( nsasals ) 3) Konsonan paduan ( affricates ) 4) Konsonan sampingan ( laterals ) 5) Konsonan geseran atau frikatif ( frikatifs , friction ) 6) Konsonan getar ( trills, vibrans ) 7) Konsonan sentuhan (tap ) 8) Konsonan sentuhan kuat ( flap ) 9) Semi vocal MENENTUKAN FONEM DAN STRUKTUR FONEM Setiap fonem itu bersifat Destinctive artinya : ( perubahan dan perbedaan fonem mengakibatkan perubahan makna ) Untuk menentukan / mencari fonem – fonem dalam suatu bahasa dapat ditempuh melalui 3 cara : 1. penyusunan ( arranging ) 2. perbandingan ( compering ) 3. penggabungan ( combining ) contoh kata : Dari Dara Duri arranging Dasi lari Dari – dara I,a Dari – duri a,u compering Dari – dasi r,s Dari – lari d, l Combining = / 1,a,u,r,s,l,d / Untuk menentukan dan fonem suatu bahasa dapat dilalui oleh proses yang terdiri dari 3 prinsip yaitu penyusunan, perbandingan, dan penggabungan. PENYUSUNAN Ialah : menyusun dan mencatat data –data yang kemungkinan mempunyai perbedaan bunyi bahasa yang dapat membawa perbedaan arti . baik yang terdapat dalam permulaan kata, tengah maupun akhir . PENGGABUNGAN Ialah : kata – kata yang telah dibandingkan bunyi , manakah yang menyebabkan perbedaan arti. PENGGABUNGAN Aseluruh hasil perbandingan digabungkan menjadi satu sehingga terdapat bunyi – bunyi jika ada 2 bunyi / 3 bunyi yang sama cukup ditulis salah satu. Cara menentukan fonem – fonem suatu bahasa : 1) catatlah bunyi – bunyi yang secara fonetis mirip 2) catatlah bunyi – bunyi yang selebihnya 3) dengan dasar kontras karena lingkungannya sama / yang mirip, anggaplah bunyi – bunyi yang mirip itu sebagai fonem yang berlainan . 4) dengan dasar lingkungan yang komplementer, anggaplah bunyi – bunyi yang secara fonetis mirip itu sebagai fonem yang sama sehingga bunyi – bunyi itu sendiri merupakan farin daripada fonem itu. 5) Anggaplah sama pada bunyi – bunyi yang terdapat pada suku ke 2 akhir sebagai fonem – fonem tersendiri. 6) Untuk buyi – bunyi prosodi perlakukan cara menguraikan yang sama. STRUKTUR FONEMIS Menggambarkan seluruh struktur fonem yang terdapat pada kata – kata lepas, baik sebagai awalan, ditengah kata, maupun diakhir kata. Juga mengenai susunan dan jumlahnya dalam kata – kata lepas. Dalam bahasa Indonesia dapat dilukiskan dan didiagramkan Vokal ( V ) dan konsonan ( K ). 1) V : ( a,i,u,e,o ) 2) VK : ( uh, ih, ah …. ) 3) KV : ( ke,di, si, ya…..) 4) VKV : ( aku, api, abu,….) 5) KVV : ( mau, dia, ……) 6) VVK : ( air, uap, aib….) 7) KVKV : ( kita, tahu, dll…) 8) KVVK : ( kain, kaos, kiat…) 9) VKVK : ( anak, umur, ayam….) 10) VKKV : ( akta, alfa, ……) 11) KVKKV : ( jaksa, kursi, rindu ….) 12) KVKVK : ( sayur, kusut, kurus….) 13) KKVKV : ( brafo, prosa…..) 14) KVKKVK : ( makmur, rambut …..) 15) KVKVKV : ( benalu, sepatu, celana….) 16) VKKVKV : ( aksara, asmara, armada…) Kata- kata lepas dalam bahasa indonesia yang terdiri dari satu fonem sampai segala kemungkinan jumlah banyaknya fonem. Erlaku ketentuan sebagai berikut : 1. semua vocal dapat sebagai permulaan kata . contoh : ada, ini, elok, emas dsb. 2. semua konsonan dapat sebagai permulaan kata. Contoh : bakat, cakap, datang 3. semua vocal bisa sebagai akhir kata, kecuali ∂ dan e contoh : malu, dua, ini, aku 4. semua konsonan dapat menduduki ahir kata. Kecuali ( y,w, d, c, ñ, g ) contoh : bagus, rusuh, akar , kuat 5. semua Vokal dapat sebagai bunyi suku pertama contoh : i- ni, Du-a, ja-gung, e-mas . 6. semua vocal dapat menduduki bunyi suku kedua dari belakang / ( penultima ) contoh : ce la na , ka re na 7. semua vocal dapat sebagai bunyi suku terahir kecuali ∂ dan e contoh : ba – ru , su - ka 8. diftong dapat sebagai bunyi suku terakhir ( ultima ) contoh : kacau, santai, gulai, pantai 9. konsonan rangkap / kluster terdapat pada kata – kata yang berasal dari bahasa asing . a. permulaan kata - gramedia, global dll….. b. ditengah kata – proklamasi , sendrateri dll….. c. di ahir kata – cakra, makro , sutra dll…. FONEM Ialah : satuan bunyi terkecil yang dapat membedakan arti / makna . Kata makan terdiri dari 5 fonem : /m/ /a/ /k/ /a/ /n/ Makan dan makam . Fonem segmental -Merupakan bagian terbesar dari bagian – bagia suatu bahasa . - berperan sebagai : pembeda arti suatu kata tertentu dengan kata yang lain. - karena dapat membedakan makna. -dalam pelaksanaannya, bahasa tidak hanya ditentukan oleh , fonem – fonem primer. Perbedaan arti antara kata suatu dengan yang lain didalam ucapan tidak semata – mata disebabkan adanya perbedaan fonem segmental. Ada beberapa kata yang terjadi dari fonem – fonem segmental yang sama, tetapi karena perbedaan tekanan ( aksen ) hubungan ucapan ( jungtur ). Urutan fonem – fonem (sekwensi ) (intonasi) ternyata dapat membedakan arti / bersifat distinctife seperti fonem segmental. Peristiwa itu merupakan gejala – gejala peristiwa fonemis. Dan gejala penyebutnya disebut fonem. Fonem – fonem ini bukan merupakan bagian / segmen dari suatu ucapan . peranan dalam pelaksanaannya tidak dapat disamakan dengan fonem – fonem segmental. Maka fonem – fonem ini disebut fonem sekunder. Contoh : 1) Aksen : import (Noun) = barang masuk Im – port (verb) = memasukkan 2) Jungtur : ini bukuku / ini bu – kuku. 3) Intonasi menurut kabar adik, dia sakit Menurut kabar, adik dia sakit 4) Sekwensi aman – nama – mana Primer jaga segmental Jaya saya Primer baju segmental Baru GEJALA BAHASA Ialah : peristiwa yang menyangkut / kalimat – kalimat dengan segala macam proses pembentukannya. Gejala – gejala itu antara lain : 1. Gejala Analogi suatu bentukan bahasa gejala analogi memegang peranan penting dalam pengembangan dan pembinaan suatu bahasa.terutama yang sedang tumbuh / berkembang seperti bahasa Indonesia . contoh : kata Dewa – dewi , Putra – putri, berasal dari bahasa sanskerta. Fonem A dan I pada ahir kata, mempunyai fungsi menyatakan jenis kelamin yang disebutkan. Dewa adalah : Hiang, ilah Dewi berarti : Perempuan A dan I membedakan jenis Laki – laki dan perempuan / pria dan wanita. Berdasarkan bentuk itu dibuatlah bahasa Indonesia bentukan baru . Analogi yang salah Dalam pembentukan bahasa, sering timbul analogi yang salah. Contoh : kata teladan, anggota, sentosa Menjadi tauladan, anggauta, sentousa. 2. Gejala Kontaminasi Dalam bahasa Indonesia diistilahkan dengan kerancauan / kacau. Yang dirancukan adalah susunan, perserangkaian, dan penggabungan. Jenis – jenis kontaminasi : 1) Kontaminasi kalimat 2) Kontaminasi susunan kata 3) Kontaminasi bentukan kata. Gejala – gejala kontaminasi : a. orang kurang menguasai penggunaan bahasa yang tepat. Baik dalam menyusun kalimat, frase / mempergunakan imbuhan dalam membentuk kata. b. Secara tidak disengaja, ketika sesorang akan menuliskan / mengucapkan sesuatu dan pengartian / 2 bentukan yang sejajar timbul dalam pikirannya. Contoh : a) -Kepada yang merasa kehilangan bolpoin, harap datang ke kantor wirausaha -yang kehilangan bolpoin harap datang ke kantor - yang kehilangan bolpoin harap ke kantor b) Disekolah, murid – murid dilarang tidak boleh merokok. -disekolah murid – murid dilarang merokok -disekolah murid – murid tidak boleh merokok c. Kontaminasi kata, dan kata kontaminasi Jangan usah Jangan boleh dia pergi Jangan boleh d. Kontaminasi dan bentukan kata : Contoh : - dipertinggikan ditinggikan dipertinggi - mengenyampingkan disampingkan dikesampingkan 3. Gejala pleonasme Pemakaian kata yang berlebih – lebihan yang sebenarnya tidak perlu. Timbulnya gejala pleonasme : Pembicara tidak sadar bahwa apa yang diucapkan mengandung sifat yang berlebih – lebihan. Karena tidak tahu bahwa kata yang diucapkan mengungkapkan pengertian yang berlebih – lebihan. Disengaja sebagai bentuk dari tarik bahasa Contoh : - pada zaman dahulu kala banyak orang menyembah berhala - sejak dari kecil dia skit – sakitan. - Sangat sedikit sekali - Para guru – guru - Mengunjungi beberapa Negara- Negara - Semua murid- murid - Telah dipamerkan sebanyak 50 buah tulisan 4. Gejala Hiperkorek Mengoreksi yang terlalu berlebih – lebihan Contoh : S dijadikan SY = surga syurga Sah syah Insaf insyaf H dijadikan KH = nasihat nasikhat Hasil khasil P dijadikan M = pihak mihak Pikir mikir Paham maham J dijadikan Z = ijazah izazah Jenazah zenazah Jaman zaman [au] dijadikan [o],[∂] teladan – tauladan Anggota – anggauta Gejala timbulnya Hiperkorek : - Orang tidak tahu bentuk aslinya - Karena ingin dianggap gagal / hebat - Dari segi linguistic F,Kh, Sy, dan Z itu bukan fonem bahasa Indonesia asli 5. Gejala penambahan fonem a) Protesis ( di awal ) Contoh : Mas, lang, sa menjadi = emas, elang, esa b) Impentesis ( di tengah ) Contoh : kapak menjadi = kampak / sajak menjadi = sanjak c) Paragof ( di ahir ) Contoh : Sila , ina menjadi = silah, inang 6. Gejala penghilangan fonem a) Afaresis ( di awal ) Contoh : stani, umundur, umudik menjadi = tani, mundur, mudik. b) Sinkon ( di tengah ) Contoh : cahaya, karena menjadi = cahya, karma c) Apokop ( di akhir ) Contoh : Bapak, adik, test menjadi = bapa, adi, tes Adaptasi Artinya : penyesuaian Kata – kata yang berasal dari bahasa asing maupun bahasa daerah berubah bunyinya, sesuai dengan penerimaan, pendengaran, / ucapan lidah orang Indonesia. o Dari bahasa belanda Stroop menjadi = strop Vermak = permak Chaufeour = sopir o Dari bahasa arab Fardlu menjadi = perlu Mudlarat = melarat Tafakur = tepekur Fadloli = perduli o Dari bahasa portugis Parcieo menjadi = perseroan Frecho = picu Almari = lemari o Bahasa inggris Chrystal menjadi = kristal System = system AQQU = aki o Bahasa sansekerta Rshi menjadi = resi Sadhu =sendu Kontraksi Ialah : gejala pembilangan lebih dari 1 fonem , terkadang .. Contih : Nusa + antara = nusantara Tapian + nauli = tapanuli Metatesis Ialah : proses perubahan bentuk suatu kata karena pertukaran letak fonem – fonem dalam kata itu. Contoh : Berantas - banteras Sulap - palsu Jalur - lajur Lebat - tebal Disimilasi Ialah : proses perubahan bentuk kata, karena salah satu dari 2 buah fonem yang sama diganti dengan fonem yang lain. Contoh : Sajjanah - sarjanah Assalam - asalam Monoftongisasi Ialah : proses perubahan bunyi diftong menjadi monoftong Contoh : Pulau - pulo Kalau - kalo Satai - sate Gulai - gule Tapai - tape Kedelai- kedele Diftongisasi Ialah : perubahan bunyi monoftong menjai Diftong Contoh : Teladan - tauladan Asimilasi proses perubahan bentuk kata karena dua fonem berbeda disamakan atau dijadikan hampir sama. Contoh: • in-moral menjadi immoral • in-perfect menjadi imperfek • al-salam menjadi asalam • ad-similatio menjadi asimilasi • in-relevan menjadi irelevan • ad-similatio menjadi asimilasi jenis asimilasi : 1. asimilasi fonetis pengucapan bunyi /t/ apikoalfeolar sama dengan bunyi /l/ 2. asimilasi menyebutkan suatu fonem menjadi fonem lain. Contoh : kata fish (vis) dalam bahasa inggris akan menjadi bunyi lain akibat pengaruh bunyi eat menjadi Eis. Modivikasi vocal Gejala berubahnya vocal , karena vocal lain. Contoh : [?ombo] / [sego] jika ditambah [ ne ]. Netralisasi Ialah : pembatalan perbedaan minimal pada akhir kata , bila perbedaan tersebut tidak dapat diadakan pada ahir kata. Contoh : jilid menjadi pen + jilit + tan .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar